Tempat Tidur Idaman

Setelah duapuluh satu jam bekerja akhirnya saya kembali ke rumah. Mata rasanya sepet maksimal. Badan sudah tidak kompak. Tulang kaki dan punggung teriak-teriak minta diselonjorkan. Sementara saya masih harus membelah jalanan ibu kota. Menyetir di tengah kemacetan Jakarta.

Sementara mata nanar menatap mobil-mobil yang super padat, pikiran saya pun melayang entah kemana. Terbayang sebuah kasur empuk yang pernah saya lihat di pameran. Body nya dari kayu yang di cat hitam. Kasurnya punya kemampuan ekstra, bisa meluruskan tulang punggung. Dan semua nya dilapisi kain yang super lembut dan licin, sampai rasanya bisa terpleset disana. Belum lagi bantal dari bulu angsa. Mungkin semenit rebahan langsung terlelap.

Terbayang saat pulang kerja tempat tidur itu sudah menunggu saya di kamar. Semua lelah karena bekerja pasti terbayar lunas. Tapi sementara ini tempat tidur itu hanya impian. Harga tujuhbelas juta tampak kurang masuk akal untuk sebuah tempat tidur. Sekarang cukup puas saja dengan tempat tidur yang ada di kamar saya. Spring bed biasa pemberian Mama.

Setelah perjuangan panjang akhirnya saya sampai juga. Dengan malas melangkah ke apartemen tempat saya tinggal. Membuka kunci dengan ogah-ogahan, dan melangkah masuk ke dalam. Masuk ke kamar dan melihat tempat tidur yang (untungnya) masih rapi. Masih terbayang di mata tempat tidur impian. Andai ada di kamar saat ini, pasti saya sudah loncat dan mendarat dengan indah di tempat tidur. Kemudian bolak-balik salto kayang menikmati belaian kain yg lembut.

Sebelum tidur saya mandi air hangat. Kemudian menyalakan ac dan mematikan lampu kamar. Temu kangen lah dengan tempat tidur saya. Tiba-tiba saya merasakan perasaan aneh yang luar biasa. Seperti berjumpa dengan kekasih di hari Sabtu. Perasaan itu juga yang saya rasakan saat merebahkan diri di tempat tidur ini.

Memang tempat tidur ini tidak spesial. Hanya spring bed biasa yang beberapa besinya sudah menonjol keluar, sehingga membuat saya harus bolak-balik mencari posisi enak. Tidak ada yang istimewa sama sekali. Namun tempat tidur ini membuat istirahat saya sempurna. Saya toh tetap bisa tidur enak dan bangun dengan badan sehat.

Saya memejamkan mata, menikmati rasa hangat yang ada di dada. Saya bersyukur masih bisa tidur dengan layak di tempat tidur sederhana ini. Saya bersyukur masih diberi fasilitas yang luar biasa ini. Dan saya bersyukur ketika tidur, saya masih diberi kesempatan untuk bangun kembali oleh Sang Empunya Nyawa ini.